Minggu, 09 Februari 2014

Rinai (SAN)

Dibawah rintikan gerimis, ia undang aku tuk kembali menjelajah masa lalu. masa dimana ketika aku tak menggunakan kewarasanku tuk mencintaimu. masa dimana ketika logika tak  kujalankan ketika aku mendengar suaramu. masa dimana hanya ada kau dan aku,-kau dan aku-dua insan tolol yang terjebak dalam lingkaran kebodohan, saat kita berucap tuk saling menunggu. Menunggu?-saling berharap tentunya. jarak memang pilihan terbaik untuk kita, agar kita tak kembali pada kebodohan dilingkaran yang sama sekali tak menggunakan kewarasan.

Rinaiku,
Kau jangan khawatirkan aku, dan aku pun tak akan mengkhawatirkanmu. karena jika kita berdua adalah rusuk dan penopang yang pas, maka dimanapun dan kapan pun-Takdirlah yang akan menjemput kita lalu mempertemukan kita pada sebuah muara yang kueja dengan huruf C-I-N-T-A = Cinta.

Rinaiku,
Kau ingat ucapanku saat itu?
"Tenaanglaahh... aku adalah pelupa yang akut, dengan bergulirnya waktu memoriku tentangmu  akan dengan mudah menghilang".
Kau tahu Rinaiku,.
Jujur ku kukatakan bahwa aku memang pelupa yang akut. Namun semua tentangmu, mengubah pandangan dari memoriku menjadi -Aku Pengingat yang tajam-.. jika aku pengingat yang tajam, bagaimana bisa kuhapus semua memori tentangmu? bagi otakku, kau adalah barang berharga yang haram untuk dijamah, sehingga ketika mereka akan menghapusmu-, justru mereka membuat semua ingatan tentangmu berganti menjadi _Permanen_

Rinaiku,
Kembali kukatakan, masih ingatkah kau dengan perkataanku yang satu ini?
"Aku akan terbiasaa... Semuanya akan sangat mudah kulalui, bahkan kurasa waktu bertahun - tahun tanpamu pun aku kan sanggup tuk jalani"
Rinaiku,.. satu fakta lagi yang harus kau tahu.
jika aku sudah terbiasa akan hadirmu... maka, bagaimana mungkin dengan mudah kujalani hari tanpa dirimu? sungguh aku kembali berbohong. kau tahu kan, _mengubah suatu kebiasaan sama sulitnya dengan meluruskan kayu bengkok yang telah lapuk_ #hatiku perih tergores sembilu

Rinaiku...
kau sudah mengerti, bukan?
mencari puing memori yang lama menghilang sama sulitnya dengan mencari butiran garam di air tawar. kuharap aku tak akan pernah membuangmu dalam kertas memoriku.

Rinaiku..
jika sembilu yang kini tergores, bisa membuat kau kembali tersenyum tepat dihadapanku.,- maka kau tabur sembilu luka ini dengan garam pun aku sanggup tuk menahannya
Aku Rindu kau Ri-Na-i ku.

Palembang, 9 Februari 2014. 06.30
Disudut ruang bisu, Kamarku.
_SAN-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar