Sikecil yang membawa
kebesaaran-Nya
Tuhan
menciptakan segala sesuatu dengan manfaat yang menyertainya
Lebah,
Taukah engkau kawan bagaimana
Tuhan menegur kita?
Pernahkah kita berfikir bahwasannya
Sikecil ini ajarkan kita makna hidup yang sesungguhnya?
Dan pernahkah kita berfikir
bagaimana cara Sikecil ini memulai hidup dengan sesuatu yang besar?
Aahhh! Kita terlalu Egois kawan.
Benar – benar Egois. Bahkan hanya untuk memikirkan hal sesepeleh itu.
Harapan, mimpi, hati, dan
kehidupan. Semuanya berlebelkan nama kita.
Hanya kita, dan kita. Tak ada
yang lain dan tak boleh ada yang lain.
Kita yang terpenting bukan orang
lain. Itulah ke-Egoisan kita.
Pernahkah kita berfikir tentang
orang lain? Berfikir untuk memulai kehidupan dan kekompakkan dengan orang lain?
Atau menengok sejenak untuk bertegur sapa dan menyematkan salam ke dalam hati
orang lain?
Pernahkah. Pernahkah? Pernahkah!
Pernahkah!!!
Tidak kawan. Tidak!
Kita hanya disibukkan dengan keingin
diri kita sendiri, diri kita yang lebih unggul dari pada yang lain. Diri kita
yang lebih di hormati dari pada yang lain. Padahal kita tak akan mampu hidup tanpa orang lain.
Inilah kabar terkini Indonesia.
Sebuah negeri tropis yang berisikan orang – orang Egois.
Andai kita dapat menengok sedikit
saja, kehidupan dunia lebah. Tentulah kita akan malu dibuatnya.
Andai kita dapat menyelami
sedikit saja, ketulusan dan keikhlasan para pekerjaa di dunia lebah. Sekali
lagi kita akan malu dibuatnya.
Andai kita dapat sedikit saja
belajar dari padanya dan meninggalkan sedikit saja ke-Egoan kita maka akan kita
temukan kekuatan dibalik tabir Si kecil ini. Lagi – lagi kita akan malu
dibuatnya.
Jikalau mereka dapat mengerahkan
beribu koloni dalam pembuatan sarang lebah yang Indah. Kenapa kita tidak
mencobanya di sarang kita sendiri. Manusia.
Kita
berakal dan memiliki fikiran kawan. Itulah yang membedakan kita dari pada
mereka. Para lebah.
Hanya saja kita sering tidak
memiliki akal ketika kita berfikir. Dan heeyy!! Mereka saja yang tak
dikaruniakaan akal oleh-Nya bisa bersatu padu membangun Negeri lebah yang utuh
dengan penuh kedaamaian didalamnya. Bagaimana dengan Negeri kita kawan??
Sudahkah menjadi Negeri yang nyaman? Mereka saja dengan ikhlas bahu - membahu
menyiapkan makanan dimusim dingin. Dan ajaibnya, mereka persiapkan makanan
bukan hanya untuk diri mereka sendiri tetapi untuk yang lain|saudaranya sesama
lebah|. Dan bagaimana dengan kita kawan? Sudahkah kita berfikir tentang makanan
yang dimiliki oleh saudara – saudara kita?. Mengapa Pertikaian dan kelaparan masih menjadi
masalah di Negeri ini. Andai saja kita dapat membuat Negeri Impian bagaikan
kehidupan disarang lebah, mungkin tak akan berkecamuk masalah yang
menggandrungi Negeri ini.
Jikalau sikecil kuning dengan
garis – garis hitam dan sengatannya ini dapat bermanfaat bagi orang lain.
Kenapa kita tidak??. Apabila potensi yang dimilikinya mulai dari hidup, madu,
air liur, sengatannya bahkan dengan kaki kecilnya dapat membantu tumbuhan
melakukan penyerbukan dan bahwa setiap jengkal tubuhnya benar – benar memiiki
manfaat yang besar. Apalagi yang bisa kita katakan? Kenapa kita dengan segala
kesempurnaan dan potensi diri tak dapat menjadi orang yang bermanfaat seperti sama halnya lebah?
Jikalu dengan hidup dan nyawa mereka,
mereka lindungi sang Ratu. Kenapa kita tidak? Ibu kita adalah Ratu kehidupan di
dalam koloni kita, bangsa manusia. Apakah kita telah melindungi Ratu tercinta
kita dengan pengorbanan nyawa? Ingatkah saat kita membantah atau memarah –
marahi ibu kita? Dan ingatkah bagaimana cara kita menyematkan duri sehingga
membuatnya menangis?. Ayolaah kawaaan! Tanpa kita sadari, ditengah malam deras,
dingin, sunyi dan senyap. Ia tangkupkan kedua tangan berharap Tuhan berikan
yang terbaik buat kita. Berharap agar Tuhan menghilangkan duri yang mengganjal
disetiap langkah kaki dan perjalanan panjang nan berkelok yang kita lalui.
Berharap agar kita dapat tidur dengan
tenang meskipun dengan masalah yang menyelimuti. Pernahkah kita berfikir,
bahwasannya dirinya sendiri tidak tidur hanya untuk mendoakan kita? Mendoakan
kita, anak – anaknya.
Tak pernah ada dendam kawan, tak pernah.
Dan tak akan pernah ada. Bahkan jika
seandainya kawat berduri dengan racun yang telah dilumuri kita sematkan pada
sekat – sekat hatinya, ia akan dengan ikhlas mencabut keperihan itu satu
persatu dengan cinta dan ketulusan hatinya. Jika aku berfikir saat ini, aku
benar – benar banyak belajar dari kehidupan koloninya. Buka mata. Buka hati.
Jangan pernah berfikir dapat menakhlukkan guncangan badai denga tangan sendiri.
Tersenyumlah, genggam tangan orang – orang di sekeliling kita. Satukan tujuan makan akan tercipta Negeri
Indah, seindah Negeri di Koloninya. Kita telah banyak belajar dari padanya
(Lebah).
#_SAN_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar